Pengertian Pengendalian Emosi - Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia pengertian Pengendalian adalah pengekangan, penahanan. Sedangkan Emosi dalam bahasa Arabnya berasal dari kata “ithiifiiyatun” atau “infi’aaliyatu”.Dalam Al-Qur’an atau Hadits kata-kata tersebut tidak secara khusus disebutkan, hanya menyebut emosi lebih kepada dimensi-dimensi dari emosi yang ada kaitannya dengan diri manusia. Pembahasan emosi dalam fenomena Al-Qur’an maupun Hadits sangat terkait dengan bahasan jiwa, ruh, (qalb) dan badan. Nashori mengatakan bahwa pada mulanya manusia terdiri dari dua substansi yaitu jasad/jisim dan ruh.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Emosi mempunyai arti perasaan batin yang keras (timbul dari hati). Banyak definisi mengenai emosi yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Chaplin emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Menurut Daniel Goleman dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling harfiah yang diambil dari Oxford English Dictionary yang memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut, Daniel Goleman mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
|
Pengendalian Emosi |
Menurut Crow dan Crow (1958) yang dikutip oleh Sunarto dan Agung Hartono dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Peserta Didik pengertian emosi itu adalah sebagai berikut : “An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”
Jadi, emosi adalah pengalaman afektifyang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Emosi dan perasaan akan bergejolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Allah berfirman: Artinya:Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. al-Hadid: 23)
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga yang menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah SWT menyebutkan bahwa manusia adalah mahluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun, menurut Allah,ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapatkan kebaikan manusia sangat kikir.
Emosi yang tak terkendali hanya akan melelahkan, menyakitkan, dan meresahkan diri sendiri. Sebab, ketika marah, misalnya, maka kemarahannya akan meluap dan sulit dikendalikan. Dan itu akan membuat seluruh tubuhnya gemetar, mudah memaki siapa saja, seluruh isi hatinya tertumpah ruah, nafasnya tersengal-sengal, dan ia akan cenderung bertindak sekehendak nafsunya. Adapun saat mengalami kegembiraan, ia menikmatinya secara berlebihan , mudah lupa diri, dan tak ingat lagi siapa dirinya.
Allah SWT membekali manusia dengan emosi atau perasaan, mendorong manusia untuk hidup eksis dan selaras. Emosi manusia seperti marah, mendorong diri untuk dapat mempertahankan jiwanya dan berjuang untuk mempertahankan eksistensi dirinya. Emosi takut mendorong seseorang untuk menghindarkan diri dari marabahaya yang mengancamnya. Emosi cinta menjadikan seseorang dapat menikmati rasa kasih sayang lawan jenis, sehingga dapat mempertahankan eksistensinya. Islam tidak pernah menafikan kebutuhan fisiologis alamiah manusia yang bersifat fitrah, seperti emosi. Islam hanya menekankan pentingnya mengontrol dan mengendalikan emosi agar tidak berlebihan.
Di samping pengertian di atas yang dimaksud emosi ialah suatu kondisi perasaan yang melebihi batas, terkadang tidak mampu menguasai diri dan menjadikan hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi terputus. Ketidakmampuan untuk mengendalikan perasaan tersebut terhadap setiap problem akan melahirkan sikap yang emosional yang cenderung negatif.
Dari uraian di atas bahwa
pengendalian emosi adalah pengekangan atau penahanan terhadap perasaan batin yang keras (yang timbul dari hati). Karena apabila tidak dapat mengendalikan, orang tersebut akan merasa rugi baik bagi diri sendiri (psikis dan psikologis) maupun orang lain
(masyarakat).