Kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan. Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.
Istilah drama juga dikenal berasal dari kata drama (Perancis) yang digunakan untuk menjelaskan lakon-lakon tentang kehidupan kelas menengah. Drama adalah salah satu bentuk seni yang bercerita melalui percakapan dan action tokoh-tokohnya. Percakapan atau dialog itu sendiri bisa diartikan sebagai action. Kata kunci drama adalah gerak. Setiap drama akan mengandalkan gerak sebagai ciri khusus drama. Kata kunci ini yang membedakan dengan
puisi dan prosa fiksi.
Drama ataupun teater adalah pertunjukan yang terjadi pada dunia manusia. Pelaku drama tentu manusia yang pandai berdrama. Berdrama artinya pandai memoles situasi, bisa berminyak air, bisa menyatakan yang tidak sebenarnya, dan imajinatif.
Drama adalah karya sastra yang disusun untuk melukiskan hidup dan aktivitas menggunakan aneka tindakan, dialog, dan permainan karakter. Drama penuh dengan permainan akting dan karakter yang memukau penonton. Drama merupakan karya yang dirancang untuk pentas teater. Oleh karena itu, membicarakan drama jelas tak akan lepas dari aspek komposisi yang kreatif.
Sebuah drama pada hakikatnya hanya terdiri atas dialog. Mungkin dalam drama ada petunjuk pementasan, namun petunjuk pementasan ini sebenarnya hanya dijadikan pedoman oleh sutradara dan para pemain. Oleh karena itu, dialog para tokoh dalam drama disebut sebagai teks utama (hauptext) dan petunjuk lakuannya disebut teks sampingan (nebentext).
|
Drama Mask |
Drama seperti sebuah gambaran kehidupan masyarakat yang diceritakan lewat pertunjukan. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung. Drama adalah sebuah karya tulis berupa rangkaian dialog yang menciptakan atau tercipta dari konflik batin atau fisik dan memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia denga action dan perilaku.
Dilihat dari beberapa pengertian drama yang telah diungkapkan tersebut tidak terlihat perumusan yang mengarahkan pengertian drama kepada pengertian dimensi sastranya, melainkan hanya kepada dimensi seni lakonkya saja, padahal, meskipun drama ditulis dengan tujuan untuk dipentaskan, tidaklah berarti bahwa semua karya drama yang ditulis pengarang haruslah dipentaskan. Tanpa dipentaskan sekalipun karya drama tetap dapat dipahami, dimengerti, dan dinikmati. Tentulah pemahaman dan penikmatan atas karya drama tersebut lebih pada aspek cerita sebagai ciri genre sastra dan bukan sebagai karya seni lakon. Oleh sebab itu, dengan mengabaikan aspek sastra di dalam drama hanya akan memberikan pemahaman yang tidak menyeluruh terhadap suatu bentuk karya seni yang disebut drama.
Pengertian drama yang dikenal selama ini yang hanya diarahkan kepada dimensi seni pertunjukkan atau seni lakon ternyata memberikan citra yang kurang baik terhadap drama khususnya bagi masyarakat Indonesia. Konsepsi bahwa drama adalah peniruan atau tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas, menghasilkan idiom-idiom yang menunjukkan bahwa drama bukanlah dianggap “sesuatu’ yang serius dan berwibawa. Pernyataan seperti “janganlah Kamu bersandiwara!” atau “pemilihan pimpinan organisasi itu merupakan panggung drama saja!”, menunjukkan bahwa istilah drama atau sandiwara dipakai untuk suatu ejekan ketidakseriusan. Harus diluruskan pengertian “peniruan”di dalam drama agar tidak disalahkan oleh masyarakat. Di samping itu, kenyataan ini tentulah amat bertentangan dengan hakikat sastra bahwa kebenaran, keseriusan,merupakan hal-hal yang dibicarakan di dalam sastra. Dengan demikian, drama sebagai salah satu genre sastra seharusnya dipahami bahwa didalamnya terkandung nilai-nilai kebenaran dan keseriusan, dan bukan sekedar ”permainan” sehingga hakikatnya drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi seni pertunjukkan dan dimensi satra.
Sebagai sebuah genre sastra, drama memungkikan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana sebuah sajak. Penuh irama dan kaya akan bunyi yang indah namun sekaligus menggambarkan watak-watak manusia secara tajam. Jadi drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
Paling sedikit ada tiga pihak yang saling berkaitan dalam pementasan, yaitu sutradara, pemain, dan penonton. Mereka tidak mungkin bertemu jika tidak ada naskah (teks). Secara praktis, pementasan bermula dari naskah yang dipilih oleh sutradara, tentunya setelah memulai proses studi. Ia memiliki penafsiran pokok atas drama itu yangs selanjutnya ia tawarkan kepada para pemain dan pekerja panggung (teknisi). Persoalan drama dalam dimensi seni pertunjukan masih terlihat sederhana karena setelah ini, penonton yang menjadi tahu bahwa drama telah menjadi suatu seni pertunjukan yang siap dinikmati. Bagi para pemain, unsur komposisi pentas harus dikuasai dengan sangat baik karena unsur ini merupakan sarana utama bagi para pemain untuk berekspresi. Apapun adegan, tindakan, serta perilaku (akting) para pemain harus mereka mainkan di arena pentas. Pemain harus mengetahui posisi di mana mereka melakukan laku drama di atas pentas. Posisi pemain di atas pentas memberikan pengaruh tertentu bagi efektivitas tidaknya laku dramatik yang dilakukan tersebut.
Teknik bermain (acting) merupakan unsur yang penting dalam seni seorang pemain (actor) merupakan alam maupun yang bukan. Pemain berdasarkan bakat alam dan yang bukan perlu mengetahui seluk-beluk teknik bermain, meskipun cara mereka mendapatkan teknik itu berbeda.
Konsep teknik bermain drama yang dirumuskan dapat disebutkan bahwa bermain peran adalah memberi bentuk lahir pada watak dan emosi aktor, baik dalam laku dramatik maupun di dalam ucapan. Konsep ajaran teknik bermain drama tersebut antara lain, konsentrasi, kemampuan mendayagunakan emosional, kemampuan laku dramatik, kemampuan melakukan observasi, kemampuan menguasai irama.