Pengertian Qonaah - Sikap Qona’ah adalah perasaan puas dengan apa yang dimiliki, merasa cukup apa adanya. Qona’ah merupakan sifat mulia yang menunjukkan harga diri dan standar akhlak tinggi.
Sedangkan Imam Abdillah Al-Harits bin Asad al-Mahasibi dalam bukunya Al-Washaya, mengatakan : Saudaraku : Kemudian akan memasuki bab yang sangat penting, yang dapat menutup dari cobaan dunia dan keburukannya, menjadi kunci kebahagiaan akherat dan berkah-berkah-Nya, saya dapat menemukannya dalam qona’ah dan tawadhu’ keduanya merupakan kebalikan dari bermegah-megahan (berlebih-lebihan) dan sombong. Maka jika seseorang berqona’ah terhadap rizqi, tidak tamak dengan berlebih-lebihan seperti halnya ketamakan anjing terhadap tulang (bangkai), maka dia rela atas bagiannya di dunia, sedikit dosanya dalam agamanya, rela atas rizki yang sedikit, dan Allah meridhoinya dengan amal yang sedikit, berbahagialah orang yang mempunyai sifat qona’ah karena akan tentram di dunia, dan di akherat akan bahagia dengan rahmat Allah.
Pengertian qana'ah
Jadi qona’ah dalam pandangan umum berarti merasa puas dengan apa yang telah ada tidak muluk-muluk untuk memperoleh keduniaan, rela terhadap rizki yang telah diberikan Allah walaupun sedikit.
Pengertian qanaah Menurut Ahli Tasawuf:
a. Qona’ah adalah salah satu sikap terpuji yang ditekankan oleh kalangan sufi yakni tidak serakah serta mencakup apa yang ada. Qona’ah mengajarkan sikap menerima segala yang dianugerahkan Tuhan dengan senang hati dan puas. Paraulama sufi mengajarkan sifat qona’ah sebagai sifat menerima dengan penuh kesabaran, tidak tergoda kemewahan duniawi, dan memelihara diri dari perbuatan yang mengandung dosa.
b. Menurut Syeikh Imam Zakariya al-Anshari, qona’ah itu merasa cukup dengan apa yang sudah dipunyai, yang sudah dapat memenuhi kepentingannya, baik berupa makanan, pakaian dan lainnya.
c. Sedangkan Imam Muhammad bin Turmudzi, menyatakan : Qona’ah ialah jiwa merasa lapang dengan rizki yang diberikan Allah kepadanya dan dikatakan orang ialah merasa cukup untuk dengan yang ada dan hilang rasa tamak terhadap yang tidak tercapai.
d. Dr. Simuh, mengutip dari seorang sufi kenamaan yaitu al-Qusyayiri menuliskan sebuah syair yang sangan indah: Seorang hamba merdeka selama berjiwa qona’ah Sebaliknya seorang merdeka jadi hamba (budak) bila berkeinginan Maka berqona’ahlah dan jangan tamak Tak ada sesuatu yang aib selain banyak keinginan. Qona’ah diartikan sebagai jiwa yang merdeka terbebas dari belenggu keinginan, lain lagi bila seseorang banyak keinginan maka jiwanya terpenjara, tidak bebas dan keinginan yang muluk-muluk itu dikatagorikan sebagai Aib, (ketercelaan yang rendah).
e. As-Sayyid Bakri al-Makki, mengatakan, bahwa Qona’ah artinya menerima segala sesuatu apa adanya, seperti dikatakan oleh sebagian ulama sufi terimalah apa adanya maka Dia (Allah) senang memberinya.
Dari beberapa
pengertian qanaah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa secara garis besar para sufi menitik beratkan qona’ah dalam memandang keduniaan dengan tidak tamak, menerima yang sudah ada dan tidak mengharap muluk-muluk yang belum ada dan tidak berlebih-lebihan.