Pengertian Guru - Menurut karatabasa (bahasa Jawa yang menyangkut perihal menerangkan arti-arti kata berdasarkan pada tafsiranbunyi suku basa) kata-kata guru diartikan digugu dan ditiru. Digugu artinya dapat dipercaya kata-katanya dan dapat diiyakan. Ditiru artinya diikuti, dicontoh, diteladani perbuatannya. Karena seorang guru merupakan panutan atau suritauladan bagi para siswanya, maka tidak sepantasnya seorang guru berbuat wagu dan saru. Wagu artinya tidak pantas, tidak pada tempatnya, tidak cocok, dan tidak serasi. Saru artinya, cabul, tidak senonoh, dan tidak sopan.
Dalam pengertian yang sederhana,
guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak harus dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/ musholla, di rumah, dan sebagainya. Dengan demikian dalam pengertian ini guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, disekolah maupun diluar sekolah.
Pengertian Guru
Pendidik dalam Islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam orang yang bertanggung jawab tersebut adalah orang tua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab pertama dan utama terletak pada orang tua berdasarkan pada firman Allah seperti yang tersebut dalam al-Qur’an surat Attahrim ayat 6: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa
yang Dia perintahkan kepada merekadan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
“Dirimu” yang disebut dalam ayat itu adalah diri orang tua anak tersebut, yaitu ayah dan ibu. Sedangkan “anggota keluarga” dalam ayat itu ialah terutama anak-anaknya. Earl V. Pullias dan James D. Young berpendapat bahwa“ The teacher is learned. He should know more than his students. However, he recognizes that he does not know everything, and he is mainly a learner. The teacher is an example to his student yet, he also makes mistakes. He is human. The teacher should be objective, but the teacher-student relationship is so close thatit often may be difficult to be objective. (Guru ialah orang yang terpelajar. Ia harus tahu lebih banyak daripada murid-muridnya. Namun iamenyadari juga, bahwa tidak semua telah dipahaminya, dan bahwa dirinya sebenarnya pelajar pula. Guru merupakan teladan bagi murid-muridnya. Tetapi ia juga dapat berbuat salah. Ia manusia biasa. Guru seharusnya objektif, tetapi hubungan guru murid begitu dekat, hingga acapkali sukar untuk bersikap objektif).
Sedangkan Safruddin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman berpendapat bahwa “ Seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada muridnya akan tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan menyimpulkan masalah yang dihadapi”.
Yang dimaksud guru adalah seorang yang diangkat menjadi pendidik profesional dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam untuk dapat menyampaikan, menanamkan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam sehingga siswa diharapkan dapat menerima, menghayati, dan mengamalkan terhadap nilai-nilai agama Islam yang telah diajarkan.