Praktik merupakan suatu tindakan yang domain utamanya adalah sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Suatu sikap dapat terwujud menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya suatu tindakan tersebut. Faktor pendukung tersebut meliputi faktor fasilitas dan faktor dukungan.
Walgito menyebutkan praktik adalah tindakan yang timbul sebagai akibat dari adanya stimulus. Lebih lanjut Walgito menjelaskan bahwa tindakan dibagi menjadi dua yaitu reflektif dan non reflektif. Tindakan yang reflektif terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang didapat seperti kedipan mata. Tindakan non reflektif terjadi dari adanya kendali dari pusat kesadaran atau otak.
Stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran baru kemudian terjadi respon melalui afektor. Tindakan yang bersifat non reflektif ini dapat dikendalikan, yang berarti tindakan non reflektif dapat diatur oleh individu dan sangat berkaitan dengan kesadaran individu yang bersangkutan.
Seorang tokoh ternama yang sangat berperan dalam teori pembelajaran perilaku adalah B.F. Skinner mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya. Menurut skinner, belajar merupakan
perubahan suatu tindakan. Prinsip yang paling penting dalam teori praktik adalah bahwa praktik akan berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari praktik tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat tindakan, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah tindakan. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan tindakan yang serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan tindakan yang serupa.
|
Praktik untuk sukses |
Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punisher). Menurut Slavin penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah praktik itu disebut pengkondisisan operan (operant conditioning).
Notoatmodjo membagi tingkatan praktik meliputi :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Kaitannya dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru adalah bagaimana perawat dapat mempersepsikan tugas dan tanggung jawabnya khususnya terhadap praktik orientasi guna menjelaskan hak dan tanggung jawab pasien selama dirawat di rumah sakit.
b. Respon terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Respon terpimpin dalam hal ini adalah prosedur kerja Standar Operasional Perawatan (SOP) dimana pada tahap awal sesuai urutan kerjanya adalah memberikan orientasi pasien dan keluarga tentang hak dan tanggung jawab pasien.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga. Praktik orientasi terhadap pasien baru apabila dilaksanakan secara rutin maka akan menjadi kebiasaan bagi perawat dan tidak lagi menjadi beban dalam memikul taggung jawab pekerjaan.
d. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Perawat dengan pengalamannya selama bekerja akhirnya tidak lagi membutuhkan buku panduan untuk melakukan praktik orientasi terhadap pasien baru dan bahkan dapat melakukan beberapa modifikasi agar tidak terkesan kaku dan menakutkan bagi pasien dengan tidak mengurangi atau menambahkan inti kebenarannya.
Praktik atau tindakan nyata seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor tersebut meliputi:
a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposition faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya tindakan seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. Faktor predisposisi dalam praktik orientasi perawat ini dapat berupa pengetahuan perawat tentang arti penting orientasi dan ada hak yang harus disampaikan oleh perawat kepada pasien melalui orientasi tersebut.
Pengetahuan perawat memegang peranan penting terhadap praktik orientasi pasien baru. Perawat yang tidak mengetahuai salah satu standar SOP yaitu praktik orientasi pasien baru tentunya tidak akan terlaksana pratik orientasi ini. Pengetahuan perawat sendiri tentang praktik orientasi terhadap pasien baru akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat serta pengalaman selam bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Selain itu didukung oleh sikap perawat yang menunjukkan dukungan terhadap praktik orientasi pada pasien baru.
b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan. Faktor pemungkin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sarana yang tersedia seperti lembar yang berisikan hak-hak pasien yang harus dibacakan, atau lembar tata tertib rumah sakit yang harus dipatuhi oleh pasien.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya tindakan. Faktor penguat disini dapat berupa dorongan yang diberikan oleh rekan kerja yang lain untuk melakukan orientasi terhadap pasien baru yaitu semua perawat melakukan hal yang sama sehingga merasa ada kewajiban yang melekat untuk melakukan orientasi terhadap pasien baru.