Thoriqoh menurut bahasa Indonesia biasa ditulis dengan kata: tariqat, tarikat, ataupun tarekat. Kata tariqah bentuk jamaaknya adalah tharaaiqu, menurut kamus dapat berarti jalan, cara, metode, system atau madhab. Dalam kajian ini, maksud thariqah adalah jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan rida-Nya, dengan cara mengikuti segala ajaran-ajaran-Nya tanpa pengecualian. Perkataan thariqah terdapat dalam kitab suci al-quran:
Artinya: “Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah (jalan), maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah”. (Q.S al-Jin 72/16)
Kebahagiaan hidup oleh Allah SWT. Diibaratkan “air yang melimpah ruah” itulah yang dijanjikan-Nya bagi manusia yang menempuh jalan yang benar dengan konsisten. Menurut keyakinan para ahli tasawuf, seseorang yang ingin menuju Allah, tidak sampai ke maqam yang tertinggi itu sebelum menempuh sebuah jalan, sistem atau metode kearah yang dituju itu, Tarekat atau Thariqah itulah yang dimaksudkan.
Sedangkan menurut keyakinan sufi orang tidak akan sampai hakiki tujuan ibadat itu, aqiqah sebelum menempuh atau melaksanakan jalan kearah itu. Jalan itu dinamakan Thariqah, dalam bahasa kita diucapkan Tarekat atau Suluk dan orang yang melakukan itu dinamakan ahli Thariqah atau Salik. Kata Tarekat berasal dari bahasa Arab yaitu Thariqah yang berarti “jalan”.
Dan
dalam kajian ilmu tasawuf thoriqoh adalah jalan yang harus ditempuh seseorang (dengan mengadakan taraqqi, pendakian) untuk sampai ke tingkat melihat Tuhan dengan mata hati. Upaya yang ditempuh bisa bertahun-tahun dan harus menempuh jalan yang sulit dengan semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT. Jalan itu sendiri berintikan kepada penyucian diri, yang dibagi-bagi kedalam maqamat, sehingga dapat menimbulkan keadaan yang ingin dicapai seorang sufi (ahwal). Sang pencari jalan sering pula disebut salik. Sedangkan dalam Al-Quran Tariqah diartikan jalan atau cara yang dipakai oleh seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam Al-Quran dan hadist Nabi banyak sekali terdapat ajaran-ajaran dan petunjuk membersihkan diri manusia dan menuntun melalui thariq atau jalan menuju Tuhan, yang dapat membawa manusia itu kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Perkataan Thariq itu manarik perhatian orang sufi, lalu dijadikan suatu istilah dengan pengertian-pengertian yang tertentu. Dengan demikian perkataan Thariq atau Thoriqoh itu, menurut L. Massignon mempunyai dua pengertian dalam dunia sufi. Pertama dalam abad ke-IX dan ke-X Masehi berarti cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang berminatmenempuh hidup sufi, kedua sesudah abad ke-XI Masehi Thariqah itu mempunyai pengertian suatu gerakan yang lengkap untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani dalam segolongan orang-orang islam menurut ajaran dan keyakinan tertentu.
Thoriqoh semula hanya menekankan pada aspek pendidikan moral secara individual untuk mencapai kehidupan sufi. Namun pada abad berikutnya lebih berkembang kearah pembinaan yang tidak hanya mementingkan moral individu tetapi sudah berupaya membenahi moral masyarakat melalui latihan, ajaran dan tata cara tertentu serta terkoordinasi secara rapi, sehingga lebih teratur. Jika di abad pertama belum begitu jelas dan masih kabur bagaimana pengorganisasiannya maka pada abad selanjutnya lebih terarah dan telah bersifat organisatoris.
Dengan demikian Thoriqoh yang pada mulanya merupakan perkumpulan orang sufi yang berdiri secara spontan dan tanpa ikatan secara lokal, kemudian berkembang menjadi sebuah organisasi sufi popular yang mempunyai peraturan tertentu di berbagai penjuru dunia Islam.