Autis adalah salah satu gangguan yang menyerang perkembangan pada anak. Pada awalnya, tahun 1943, seorang psikiater bernama Kanner menganggap Autis memiliki aura yang agak mistis dan menganggap kesendirian yang sering dilakukan anak Autis merupakan simtom fundamental serta Kanner menganggap anak Autis tidak memiliki kemampuan dalam hal mejalin hubungan dengan orang lain secara wajar. Sampai pada tahun 1980, para ahli sepakat gangguan Autis di masukkan dalam klasifikasi diagnostic resmi hingga terbitnya DSM-III.
Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan yang digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorder). Kategori gangguan yang termasuk dalam golongan pervasive ini memiliki ciri diantaranya disfungsi bahasa serta perkembangan keterampilan sosial seperti daya nilai terhadap realitas, perhatian, persepsi, komunikasi verbal ataupun non-verbal dan Gerakan motorik yang terbatas, streotripik dan berulang. Gejala yang paling nampak adalah kecenderungan sikap sang anak yang tidak mempedulikan lingkungan, khususnya orang-orang disekitarnya, seakan menolak melakukan komunikasi serta melakukan interaksi sehingga seolah hidup dalam dunianya sendiri. Sehingga secara garis besar, Autis mengganggu fungsi psikomotorik, kognisi dan emosi pada anak. Oleh karena hal tersebut, Autis dapat diartikan juga gangguan neurobiologist dan dapat berlangsung seumur hidup.
Jumlah anak pengidap Autise semakin hari semakin merangkak naik. Menurut data dari Focus for Health, Hong Kong dan Korea Selatan masih merajai posisi tertinggi dalam daftar negara dengan angka pengidap Autise. Di Hong Kong, 1 dari 27 anak atau 372 dari 10 ribu anak didiagnosis berada dalam spektrum Autise, sedangkan di Korea Selatan, 1 dari 27 anak mengalami gangguan autis. Amerika Serikat menyusul di posisi ketiga dengan perbandingan 1 dari 45 atau 222 dari 10 ribu anak yang telah didiagnosis Autise. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merilis data yang menyebutkan pada tahun 2012, sebanyak 1,5% anak di AS atau 1 dari 68 anak memiliki gangguan Autise. Sedangkan pada 2014 angka ini bertambah menjadi 1,7% atau 1 dari 59 anak. Mengutip laman Pijar Psikologi, dari data tahun 2015 terdapat 12.800 anak yang mengidap Autise dari total 134 ribu orang yang mengidap Autise di seluruh Indonesia.
 |
Autis
|
Gangguan autis merupakan salah satu gangguan dari golongan tuna grahita (terbelakang mental). Tetapi berbeda dengan tuna grahita yang lain, pada anak autis ini tidak semuanya memiliki IQ di bawah rata-rata, bahkan ada yang memiliki IQ di atas rata-rata. Secara fisik pun hamper sama dengan anak-anak pada umumnya. Istilah khusus bagi anak autis ini ialah dikatakan bahwa anak autis itu “seolah-olah memiliki dunianya sendiri”. Hal tersebut terjadi bukan hanya sekedar faktor IQ, tetapi karena faktor dari kekhasan yang terdapat pada anak autis sehingga hal tersebutlah yang membedakan gangguan autis dengan gangguan tuna grahita lainnya.
Pengertian Autis
Autis menurut asal katanya berarti suatu gangguan yang tertarik pada dunianya sendiri. Orang dengan Autis berarti ia berkecimpung pada pikiran dan dunianya serta berada pada khayalannya sendiri, dengan kata lain ia berkutat pada dunia subjektifnya daripada melihat realita yang ada. Istilah Autis pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan bernama Kanner (1943) sehingga banyak yang menyebutkan beberapa cirri yang dimiliki Autis dikenal dengan sebutan sindrom Kenner, yaitu raut wajah yang kosong seperti sedang melamun, fikiran yang susah terfokuskan dan susah bagi orang lain untuk berbicara serta bersosialisasi dengan Autis tersebut. Oleh sebab itu, penderita Autis sering disebut anak yang hidup “di dunianya” sendiri.
Autis merupakan salah satu gangguan perkembangan yang digolongkan sebagai gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorder). Kategori gangguan yang termasuk dalam golongan pervasive ini memiliki ciri diantaranya disfungsi bahasa serta perkembangan keterampilan sosial seperti daya nilai terhadap realitas, perhatian, persepsi, komunikasi verbal ataupun non-verbal dan Gerakan motorik yang terbatas, streotripik dan berulang. Gejala yang paling nampak adalah kecenderungan sikap sang anak yang tidak mempedulikan lingkungan, khususnya orang-orang disekitarnya, seakan menolak melakukan komunikasi serta melakukan interaksi sehingga seolah hidup dalam dunianya sendiri. Sehingga secara garis besar, Autis mengganggu fungsi psikomotorik, kognisi dan emosi pada anak. Oleh karena hal tersebut, Autis dapat diartikan juga gangguan neurobiologist dan dapat berlangsung seumur hidup.
Ciri-ciri Autis
American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), karakteristik/ciri-ciri diagnostik dari gangguan autistik adalah sebagai berikut:
Enam atau lebih dari kriteria A, B dan C di bawah ini dengan minimal 2 dari kriteria dari A dan masing-masing 1 dari B dan C:
a. Kriteria A
Hendaya dalam interaksi sosial yang terwujud dari minimal 2 kriteria berikut, yaitu
1) Hendaya yang tampak jelas di penggunaan perilaku non-verbal seperti kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
2) Kelemahan dalam perkembangan hubungan dengan anak-anak seusia sesuai dengan tahap perkembangan.
3) Kurang dalam melkukan aktivitas bersama orang lain secara spontan.
4) Kurangnya reaksi timbal-balik sosial atau emosional.
b. Kriteria B
Hendaya dalam komunikasi, minimal satu dari cirri berikut :
1) Keterlambatan bicara atau sangat kurangnya bicara tanpa usaha unuk menggantinya dengan bahasa non-verbal.
2) Ketidakmampuan mengawali atau mempertahankan percakapan dengan oran lain bagi mereka yang cukup mampu berbicara.
3) Bahasa yang di ulang-ulang
4) kurang bermain sesuai tahap perkembangannya.
c. Kriteria C
Perilaku / minat yang di ulang (streotipe), minimal satu dari ciri berikut :
1) Tingkah laku streotip.
2) keterikatan yang kaku pada kegiatan tertentu.
3) Preokupasi yang tidak normal pada objek/aktivitas tertentu.
4) Preokupasi yang tidak normal pada bagian tertentu dari suatu objek.
Penyebab Autis
Para pakar penelitian autism menyebutkan autism merupakan suatu gagguan pada anak-anak yang masih misterius / belum diketahui pasti apa penyebabnya. Dari beberapa penelitian diketahui perkiraan penyebab autism ialah kombinasi faktor antara faktor genetic yang dipicu faktor lingkungan diantaranya sebab genetic selain itu pestisida, obat-obatan, usia orang tua dan perkembangan otak.