Anorexia nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang banyak diderita wanita, khususnya remaja. Orang yangmengidap anorexia memiliki ketakutan yang berlebih jika berat badannya naik. Sebisa mungkin penderita anorexia mengonsumsi sedikit makanan, dan memiliki tubuh yang sangat kurus. Penyakit ini berefek pada tubuh dan pikiran. Awalnya mungkin diet, tetapi kemudian menjadi di luar kontrol. Pikiran orang penderita anorexia tidak jauh dari masalah makanan, berat badan, dan diet. Banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya sudah sangat kurus, tapi ketika dia melihat dirinya sendiri di kaca, dia mendapati dirinya bertubuh sangat gemuk. Anorexia biasanya menimpa remaja berusia belasan tahun hingga 20 tahunan. Hal ini dapat terjadi karena remaja pada usia 20 tahun ingin tampil menarik. Puncak performa fisik sering kali diraih antara usia 19 hingga 26 tahun. Dalam periode ini juga terdapat bahaya tersembunyi kebiasaan kesehatan yang buruk sering terbentuk di masa ini. Menuju masa dewasa awal, penuruan dalam performa fisik juga mulai terdeteksi pada sebagaian besar individu.
Penilaian diri pada remaja perempuan tentang kelebihan berat badan yang mereka miliki dan keinginan mereka untuk menjadi lebih kurus dan langsing mengarahkan remaja pada kecenderungan munculnya perilaku gangguan makan. Awalnya gangguan makan terjadi di negara maju di barat seperti Amerika dan Eropa. Namun, pada saat ini gangguan makan juga ditemukan di negara berkembang. Abou Shaleh, menjelaskan bahwa perubahan sosial yang berkaitan dengan pengadopsian berbagai praktik budaya barat di beberapa negara berkembang telah mempelopori meningkatnya jumlah kasus gangguan makan. Gangguan makan merupakan gangguan fungsional pada beberapa perilaku yang berkaitan dengan makan. Santrock mengatakan, "Dua jenis gangguan makan yang sering muncul pada remaja adalah anorexia dan bulimia nervosa". Selain itu, anorexia khususnya muncul pada tahap perkembangan remaja awal hingga pertengahan, sedangkan bulimia dimulai pada akhir remaja akhir atau dewasa awal. Pendapat ini juga didukung dengan hasil penelitian National Institutes of Health di Amerika, bahwa lebih dari 90 persen penderita gangguan makan dialami wanita usia 12-25 tahun.
Salah satu gangguan makan yang dapat muncul yaitu kecenderungan anorexia nervosa, yang dapat diartikan sebagai aktivitas untuk menguruskan berat badan dengan melakukan pembatasan makan secara sengaja dan melalui kontrol yang ketat. Dalam penelitian mengenai gangguan makan diantaranya adalah kecenderungan anorexia , dilakukan oleh Prihanto dan Sukamto dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebesar 48,33% sampel memiliki kecederungan anoreksia sedang, 10% sampel memiliki kecenderungan anorexia nervosa sangat tinggi. Sedangkan 36,67% sampel memiliki kecederungan anorexia yang rendah. Remaja dengan kecenderungan anorexia nervosa sadar bahwa mereka merasa lapar namun takut untuk memenuhi kebutuhan makan mereka karena bisa berakibat naiknya berat badan. Persepsi mereka terhadap rasa kenyang terganggu sehingga pada saat mereka mengkonsumsi sejumlah makanan dalam porsi kecil sekalipun, mereka akan segera merasa penuh atau bahkan mual. Mereka terus menerus melakukan diet mati-matian untuk mencapai tubuh yang kurus.
Pengertian Anorexia Nervosa Menurut Para Ahli
Konsep Anorexia berasal dari bahasa Yunani, “an” yang artinya tanpa, dan “orexis” yang artinya hasrat untuk. Anorexia artinya tidak memiliki hasrat untuk (makanan), yang sesungguhnya keliru, karena kehilangan nafsu makan diantara penderita anorexia jarang terjadi. Namun demikian, penderita mungkin menolak makan lebih dari yang dibutuhkan untuk mempertahankan berat badan minimal sesuai dengan tinggi badan dan usia mereka. sering terjadi para penderita melaparkan diri hingga mencapai suatu titik yang membahayakan. Anorexia nervosa berkembang pada tahap remaja awal dan akhir, antara usia 12 – 18 tahun, namun kemunculan pada usia yang lebih awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan.
Berikut ini pengertian Anorexia Nervosa yang dikemukakan oleh para ahli:
1. Menurut Davidson, Neale, dan Kring mengatakan anorexia sebagai hilangnya nafsu makan, dan nervosa sebagai alasan-alasan emosional yang mendasari hilangnya nafsu makan tersebut. Anorexia nervosa adalah suatu gangguan yang dicirikan penderita memiliki ketakutan luar biasa bahwa dirinya akan mengalami kegemukan , dan merasa gemuk meskipun tubuhnya kurus.
2. Menurut Sigit Anorexia nervosa adalah jenis gangguan makan dimana individu menjaga bentuk tubuhnya agar tetap kurus atau untuk lebih kurus lagi dibawah berat normal.Individu dengan anorexia nervosa sangat takut dirinya bertambah berat badan, ia akan mempertahankan rasa laparnya secara ekstrim, bila ia merasa makan agak berlebihan maka ia akan segera memuntahkannya. Hal ini untuk mempertahnkan atau mengurangi berat badan mereka melalui control ketat asupan kalori mereka. Penilaian mengenai tubuh yang negative dapat menimbulkan adanya usaha-usaha obsesif terhadap kontrol berat badan.
3. Menurut Botha D: Anorexia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang ditandai dengan penolakan klien untuk mempertahankan berat badan normal yang minimal, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran tubuh atau menolak untuk mengakui bahwa ada masalah. Anorexia nervosa merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati ALT dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Banyak penelitian yang beranggapan bahwa masalah yang mendasari lebih bersifat psikologis daripada biologis, sebagian pakar mencurigai bahwa pengidap anoreksia nervosa mungkin kecanduan opiate endongen yaitu bahan mirip morpin yang diproduksi sendiri oleh tubuh yang diperkirakan dikeluarkan selama kelaparan jangka panjang.
4. Menurut Brehn, kecenderungan anorexia nervosa banyak dipicu oleh salah satunya adalah kepribadian. Salah satu faktor penyebab anorexia nervosa yang berasal dari diri individu adalah kepribadian. Sebagaimana dinyatakan menurut Maria, kepribadian merupakan tahapan dominan dalam menentukan pola pikir dan perilaku individu.Tipe kepribadian yang kemungkinan besar menjadi penyebab terjadinya anorexia nervosa Adalah kecenderungan kepribadian narsistik.
5. Menurut Noah, menyatakan bahwa pada penderita anorexia nervosa dtemukan juga adanya gangguan kecenderungan kepribadian nartistik.Kecenderungan kepribadian nartistik adalah suatu pola pola kepribadian menetap ditandai dengan adanya fantasia tau perilaku berlebihan terhadap kekuasaan , kecantikan , kesuksesan atau cinta ideal, kebutuhan besar untuk dikagumi oleh orang lain dan kurangnya kemampuan untuk berempati.
Dari beberapa teori diatas peneliti menyimpulkan bahwa kecenderungan anorexia nervosa adalah suatu kelainan pada nafsu makan yang penderitanya akan melaparkan diri mereka dan dengan sengaja tidak makan hanya untuk menurunkan berat badan dan berfikir untuk menjadi lebih kurus dari batas kenormalan serta penderitanya memiliki ketakutan tehadap kegemukan.
Faktor-Faktor Penyebab Anorexia Nervosa
Anorexia nervosa biasanya terjadi selama masa remaja dan diyakini bahwa penyebabnya berhubungan dengan perkembangan pada tahap kehidupan. Perjuangan untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan indentitas yang unik adalah 2 tugas yang penting. Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk mengalami gangguan makan. Lingkungan keluarga dengan konflik juga memicu adanya anorexia nervosa.
Adapun faktor-faktor penyebab anorexia nervosa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor biologis, psikologis, sosiokultural, faktor psikososial, faktor keluarga:
a. Faktor biologis
Faktor biologis yang dimaksudkan adalah faktor genetic dan faktor fisiologis. Berdasarkan penelitian terbaru, Faktor genetik dinilai beresiko 56% dalam perkembangan anorexia nervosa. Pada kenyataannya, orang yang memilki ibu atau saudara permpuan yang mengalami anoreksia nervosa memilki 12 kali kemungkinan untuk mendapatkan penyakit anorexia nervosa daripada orang lain yang tidak memilki sejarah keluarga yang mengalami gangguan makan tersebut. Faktor fisiologis berhubungan dengan anatomis, khususnya metabolisme tubuh individu. Adanya peran faktor genetik pada gangguan makan. Gangguan makan cenderung menurun dalam keluarga, yang diduga terkait dengan komponen genetik. Bukti yang lebih kuat untuk anorexia nervosa juga ditemukan di antara kembar satu telur dibandingkan kembar dua telur, yaitu 50% berbanding 50%.
b. Faktor psikologis
Penderita gangguan makan cenderung perfeksionis. Penderita memiliki harapan yang tidak realistis terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Di dalam segala prestasi yang telah mereka raih, mereka masih merasa tidak sebanding dan tidak sempurna. Penderita biasanya melihat dunia sebagai hitam dan putih, tidak ada yang abu-abu. Semunya dipandang baik atau buruk, sukses atau gagal serta gemuk atau kurus. Jika gemuk adalah buruk dan kurus adalah baik, maka lebih kurus adalah lebih baik, dan yang paling kurus adalah yang terbaik- bahkan jika yang paling kurus adalah 68 pounds atau 30,84 kilogram dalam perawatan rumah sakit. Beberapa penderita mengalami gangguan makan untuk menghindari seksualitas. Beberapa penderita lain menggunakanya untuk mengambil alih kontrol terhadap diri dan terhadap hidup mereka sendiri. Penderita sering merasa kehilangan identitasnya. Penderita mencoba menilai diri mereka sendiri dengan membenarkan anggapan sosial akan diri mereka dan kekaguman sosial akan penampilan fisik. Penderita gangguan makan tampak sering marah, tetapi hal ini dikarenakan mereka menyembunyikan kebenaran dan ketakutan akan kritik terhadap diri mereka, mereka tidak berani mengekspresikan kemarahannya secara langsung. Penderita tidak tahu bagaimana mengekspresikan kemarahannya dalam cara yang sehat. Lalu mereka mengalihkannya ke dalam diri mereka sendiri dengan cara melaparkan diri. Pada penderita gangguan makan terdapat suatu kebanggaan terhadap prestasi. Beberapa hal kecil akan lebih memuaskan daripada berhasil dalam suatu kesulitan dan petualangan yang berbahaya, untuk dapat mengatasi tantangan yang membut frustasi.
c. Faktor sosiokultural.
Tekanan untuk menjadi kurus. Tekanan untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis, dikombinasikan dengan pentingnya faktor penampilan. Model sosiokultural didukung dengan bukti-bukti yang menunjukan bahwa tanda-tanda gangguan makan nantinya dapat meningkat pada negara-negara berkembang.
d. Faktor psikososial
Ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri adalah faktor penting dalam gangguan makan. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menghasilkan usaha-usaha yang maladaptif, melaparkan diri untuk mencapai berat badan atau bentuk tubuh yang diinginkan. Faktor-faktor kognitif juga ikut terlibat. Penderita anorexia nervosa seringkali kecewa pada diri mereka ketika gagal mencapai standar tinggi mereka yang tidak mungkin dicapai. Diet yang ekstrem dapat memberikan perasaan biasa mengontrol dan kebebasan yang lebih besar daripada yang didapat dari aspek kehidupan lainnya.
e. Faktor keluarga
Beberapa teoritikus berfokus pada efek brutal dari self-starvation terhadap orang tua. Teoritikus mengatakan bahwa beberapa remaja menggunakan penolakan untuk makan sebagai cara untuk menghukum orang tua mereka karena perasaan kesepian dan keterasingan yang mereka rasakan dirumah. Sebuah studi membandingkan ibu dari remaja putri dengan gangguan makan dan ibu dari remaja putri yang tidak mengalami gangguan makan. Ibu dari remaja yang memiliki gangguan makan lebih tidak bahagia terhadap fungsi keluarganya, juga memiliki masalah makan dan diet, dan percaya bahwa putrinya harus menurunkan berat badan, serta memandang putrinya sebagai orang yang tidak menarik. Orang tua kurang mampu untuk meningkatkan kemandirian dalam diri anak perempuan mereka. Dari perspekif sistem, keluarga adalah sistem yang dikelola sedemikian rupa sehingga meminimalkan ekspresi terbuka dari konflik dan mengurangi kebutuhan segera untuk perubahan nyata. Keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan makan cenderung overprotektif, kaku dan menyelesaikan konflik dengan cara yang tidak efektif. Terkadang ibu secara emosional dingin dan ayah secara fisik maupun emosional tidak hadir dalam keluarga. Dalam waktu yang sama, orangtua memberikan tuntutan yang tinggi dalam prestasi dan kesuksesan. Anak-anak belajar untuk tidak memperhatikan keragu-raguan, ketakutan, Anxietie dan masa lalu. Disisi lain mereka mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri dengan memanipulasi berat badan dan makanan, berusaha meraih kesuksesan bahkan jika mereka tidak merasa sukses.
f. Faktor Sosial
Kadang-kadang teman yang terobsesi dengan penampilan atau pasangan menciptakan tekanan yang mendorong munculnya gangguan makan. Begitu pula perkumpulan wanita, kelompok teater, kelompok menari, kelompok teman sekolah dan situasi lain dimana teman sebaya mempengaruhi satu sama lain dengan tidak sehat. Orang yang rentan terhadap gangguan makan, dalam banyak kasus, mengalami masalah dalam hubungan, Sebagian diantaranya kesepian. Beberapa mungkin menrik diri hanya dengan hubungan yang dangkal dan konflik dengan orang lain. Lainnya mungkin tampak dengan mempunyai kehidupan yang menarik dengan banyak teman dan aktivitas sosial, tetapi kemudian mereka akan mengakui mereka tidak merasa benar-benar cocok dengan keadaannya, yang tampaknya tidak ada seorang pun yang memahami mereka, dan bahwa mereka tidak mempunyai teman sejati atau kepercayaan kepada seorang untuk berbagi pemikiran, perasaan, keraguan, perasaan tidak aman, ketakutan, harapan, ambisi dan lainnya. Sering kali mereka dengan putus asa mengharapkan hubungan yang sehat dengan orang lain namun takut dengan kritik dan penolakan jika kesalahan mereka diaamati dan kekurangan mereka diketahui.
g. Faktor Media
Dalam media, orang yang bahagia dan sukses adalah hampir sebagian besar dilukiskan s aktor yang lebih tua, perempuan kotor, tidak terpelihara dan kebanyakan dari mereka adalah gemuk. Kebanyakan orang ingin bahagia dan sukses, suatu keadaan yang membutuhkan pemikiran, pengembangan diri dan biasanya kerja keras. Media, terutama iklan komersial untuk barang-barang yang berhubungan dengan penampilan, menyarankan bahwa seseorang dapat menghindari tipe pekerjaaan keras dengan membuat tubuh seseorang menjadi sama dengan bentuk dari simbol kesuksesan. Perbedaan diantara gambaran media mengenai kebahagian dan keberhasilan pada pria dan wanita adalah hal yang menarik. Pada wanita, dengan sedikit pengecualian, adalah muda dan kurus. Badan yang kurus diinginkan wanita, atau sebagaimana wanita yang ideal berat badannya. Pada pria adalah muda atau tua, tetapi pahlawan dan orang-orang baik adalah kuat dan bertenaga dalam semua bagian yang penting secara fisik, dalam dunia bisnis dan secara sosial. Bagi pria dalam media, kurus tidak diinginkan, namun tenaga, kekuatan dan kompetensi yang diinginkan. Perbedaan ini menunjukan pendekatan untuk menolong diri pada pria dan wanita. Ketika seorang pria ingin mengembangkan dirinya sendiri, seringkali dimulai dengan mengangkat beban untuk menjadi lebih besar. Saat wanitaebagai aktor dan model yang muda, hebat dan kurus. Di sisi lain orang-orang yang memiliki karakter bodoh, buruk atau seorang pelawak dilukiskan dengan ingin untuk mengembangkan dirinya, biasanya dimulai dengan diet, yang akan menyebabkan menjadi lebih kecil, lebih lemah dan kurang bertenaga. Meski demikian, wanita memiliki keinginan yang kuat akan kekuatan dan kontrol sama seperti pria.