Pengertian Zuhud - Secara etimologis zuhud berarti “raghaba’an syai’in wa tara kahu”yang artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. “Zahada Fi al dun-ya”berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Orang yang melakukan zuhud dinamakan zahid, zuhadatau zahidun. Zahidin jamaknya Zuh dan, artinya kecil atau sedikit. Dan zuhuddi sini berupaya menjauhkan diri dari kelezatan dunia, dan mengingkari kelezatan itumeskipun halal. Dengan jalan berpuasa dan kadang-kadang pelaksanaannya melebihi apa yang ditentukan oleh agama. Semuanya itu dimaksudkan demi meraih keuntungan akhirat dan tercapainya tujuan tasawuf, yaitu ridla bertemu dan ma’rifat Allah SWT.
Zuhud adalah salah satu akhlak utama seorang muslim. Terutama saat di hadapannya terbentang lebar kesempatan untuk meraih dunia dengan segala macam perbendaharaannya.Apakah itu kekuasaan, harta, kedudukan, dan segala fasilitas lainnya. Karenanya, zuhud adalah karakteristik dasar yang membedakan antara seorang mukmin sejati dengan mukmin awam. Jika tidak memiliki keistimewaan dengan karakteristik ini, seorang mukmin tidak dapat dibedakan lagi dari manusia kebanyakan yang terkena fitnah dunia. Rasulullah pernah bersaba tentang zuhud sebagai berikut:
Artinya: “Zuhudlah terhadap dunia niscaya kamu di cinta Allah, zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya kamu akan di cintai oleh mereka.”
Dalam pandangan kaum shufi bahwa dunia dan segala kehidupan materi dan isinya adalah merupakan sumber kemaksiatan, kemungkaran yang dapat menjauhkannya dari Tuhan, menyebabkan kejahatan dan dosa. Karena hasrat, keinginan dan nafsuse seorang sangat berpotensi untuk menjadikan kemewahan dan kenikmatan duniawi sebagai ghayah (tujuan akhir) dalam hidupnya, sehingga memalingkannya dari Tuhan. Oleh karena itu, maka seorang shufi dituntut untuk terlebih dahulu meninggalkan atau memalingkan seluruh aktifitas jasmani dan ruhani dari ha-hal yang bersifat duniawi.
Dengan demikian segala apa yang dilakukan dalam kehidupan tidak lain hanyalah dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga dunia tidak berpengaruh dalam kehidupan, tidak menjadikan susah maupun senang, karena kesusahan menerutnya adalah ketika jiwa kita jauh dengan Tuhan dan kesenangan sejati adalah ketika dekat dengan-Nya. Karena susah dan senang dalam dunia bersifat sementara, sesuai dengan firman Allah dalam QS An-Nisa’, 4: 77: Artinya: “…Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.
Akan tetapi zuhud tidak berarti sama sekali meniggalkan kehidupan dunia dan semata-mata mengurus kehidupan akhirat saja, zuhud adalah bagai mana cara seseorang memandang dunia.
Tanda-Tanda Zuhud
Imam Al-Ghazali menyebutkan ada 3 tanda zuhud,yaitu:
pertama, tidak bergembira dengan apa yang ada dan tidak bersedih karena hal yang hilang. Kedua, sama saja di sisinya orang yang mencela dan mencacinya, baik terkait dengan harta maupun kedudukan. Ketiga, hendaknya senantiasa bersama Allah dan hatinya lebih didominasi oleh lezatnya ketaatan.
Jadi, tanda zuhud adalah tidak adanya perbedaan antara kemiskinan dan kekayaan, kemuliaan dan kehinaan, pujian dan celaan karena adanya dominasi kedekatan kepada Allah SWT.
Biasanya sikap zuhuddi tunjukkan dengan jalan mengasingkan hati dengan menjalankan serangkaian ibadah, seperti: shalat, puasa, dzikir maupun bentuk ritual badan yang lain.
Tingkatan-Tingkatan Zuhud
Adapun tingkatan-tingkatan zuhud ada tiga macam yaitu:
- Mutazahiddin, adalah orang-orang yang berusaha zuhuddan berusaha atau bermujahadahuntuk memalingkan hatinya dari dunia.
- Zahid ya’riffu fi Zuhdihiadalah orang-orang yang zuhudterhadap dunia dan isinya karena Allah, akan tetapi masih terbesit sesuatu yang hilang (masih merasakan kehilangan)
- Zuhdi fi Zuhdiadalah orang-orang yang zuhudyang sudah tidak merasakan kezuhudannya sebagai hal yang istimewa melainkan sebagai hal yang biasa.
Jadi kezuhudan tidak bisa kita lihat dengan sedikitnya harta benda, pangkat, jabatan atau embel-embel keduniawian yang lain, melainkan pengalaman psikis manusia berkaitan dengan bagai mana ia memandang materi dunia ini.